Sabtu, 03 Juli 2021

Pola Asuh Positif Solusi Ketika Anak Bermasalah


Anak masalah


Anak Bermasalah? Diomongin Aja. Ini salah satu yang Tengu inget banget dari beberapa ilmu parenting yang sering enggak disadari. Bahkan, udah ada dari zaman leluhur kita di Indonesia ini.

Jadi, kenapa tiba-tiba Tengu nulis tentang anak bermasalah ya mak? Gini, Tengu lagi keingetan aja tau-tau anak Tengu udah remaja aja. Udah SMP dan lagi di Pondok (semoga allah senantiasa melindunginya). Lagi mengingat kembali gimana dulu berusaha menjadi Ibu yang baik buat anak. Meski emang ternyata menjadi baik bukan berarti menjadi sempurna. Soalnya yang sempurna cuma Allah ya, mak.


Ilmu Parenting Masih Belum Gencar

Inget banget waktu pertama punya anak. Semua dipelajari dari majalah khusus yang membahas ibu dan anak. Sama satu tayangan yang Tengu tonton bahkan sebelum punya anak. Tapi, suka aja dengan cara mendidik anak ala mereka.

Sebelum lebih jauh, ada sedikit cerita kenapa Tengu suka banget sama pola tayangan itu mendidik anak. Jadi gini, Tengu dibesarkan di keluarga yang cukup keras mendidik anak. Kerasnya bukan tegas dengan lemah lembut. Tapi, dengan kekerasan. Soalnya, zaman dulu kalau anak nakal atau berulah yaa akan sangat dianggap aneh kalau enggak dipukul atau disabet. 

Maklum lah ya, mak. Pola asuh jaman dulu itu emang berbeda banget. Tapi, saat Tengu kecil, rasanya bikin takut sih mak. Hingga akhirnya saat menonton tayangan tersebut, Tengu seketika memproyeksikan kalau Tengu jadi seorang Ibu, ingin menanamkan pola asuh seperti itu. Gitu.

Dan pola asuh di tayangan tersebut pun sering banget muncul di film Hollywood bertema keluarga loh, mak. Terus saat Tengu mulai mencoba ubek-ubek tentang pola asuh ini. Ternyata di Indonesia pun sudah dilakukan sebenarnya tapi memang yang lebih tenar itu pola didik yang kerasnya. Yang pola asuh favorit Tengu ini kebanyakan diterapkannya sama Kyai.

Namanya juga waktu dulu sampai pas Tengu baru punya anak. Ilmu Parenting belum gencar banget. Masih sedikit yang mau menerima bahkan masih dipandang "ah, ngapain belajar parentang parenting. Jadi orangtua mah tinggal jalanin aja. Ngga usah pake ilmu". 

Jadi, memang butuh banget sumber yang valid dan harus mau mencari tau mengenai teori tertentu dengan bertanya langsung ke ahlinya. Memang waktu sebelum teknologi berkembang pesat, ilmu parenting yang benar-benar non hoaks itu cukup sulit didapat. Kebanyakan yang masih bertebaran itu mitos yang memang sudah mendarah daging dalam dunia parenting ala jaman dulu.

Eits, tapi bukan berarti buruk ya kan, mak? Namanya pola asuh pada masa lalu pun sebenarnya hasil dari praktek orangtua masa lalu terhadap anak mereka. Kemudian, diturunkan ke anak-anak mereka sebagai bekal biar enggak salah mendidik anak. Niatnya memang sama kok, mak. Ingin anaknya bisa terdidik dengan baik di rumah.

Nah, beberapa keluarga di masa lalu yang biasanya dari kalangan berpendidikan dan terpandang. Kebanyakan keluarga Kyai yang menerapkan pola asuh ini. Penasaran enggak mak pola asuh seperti apa?


Ketika Marah Atau Emosional Maka Duduk Atau Berbaring Lebih Baik


Rasulullah bersabda: "Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur." (HR. Ahmad, Abu Daud dan perawinya dinilai shahih oleh Syuaib Al-Arnauth).


Sebagai seorang muslim, Tengu sering banget mendengar hadits ketika marah. Ketika kondisi marah sedang beridiri, maka duduk agar tenang. Kalau sedang duduk, maka berbaring. Kalau sudah berbaring dan masih emosi, maka berwudhu jawabannya.

Pola asuh di tayangan yang Tengu tonton ini juga menerapkan hadits tersebut loh, mak. Padahal tayangannya berasal dari luar negeri tepatnya dari negeri Paman Sam. Meskipun beberapa tahun kemudian banyak yang mengritik hingga mengatakan tayangan ini hanya settingan saja. Tapi, Tengu yang sudah menerapkan pola ini merasa sangat bersyukur karena hasilnya alhamdulillah berhasil.

Tayangan ini menayangkan beberapa keluarga dengan anak-anak bermasalah. Kemudian, meminta bantuan Pengasuh khusus agar anak-anak mereka nurut. Dan selama beberapa hari atau minggu, Pengasuh Khusus ini menerapkan peraturan yang harus dipatuhi oleh semua yang ada di rumah tersebut. Jadi, bukan anak saja yang diikat dengan peraturan ini. Tapi juga orangtuanya.

Menyaksikan tayangan pengasuh ini dari episode 1 sampai entah ada berapa episode. Membuat Tengu banyak mencatat sampai-sampai pas Tengu catat, barulah tersadar. Kalau pola asuh Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam terhadap anak kandung, anak angkat sampai cucunya pun sejalan banget.


5 Hal Penting Penerapan Pola Asuh Positif


1 Ketika Marah Harus Duduk

Sesuai dengan hadits yang tadi Tengu ceritakan di awal tulisan, mak. Saat ada perilaku anak atau pasangan yang membuat emosi ingin meledak. Sebaiknya segera duduk atau berbaring atau juga wudhu. Biar emosinya reda dulu ya, mak.


2. Dilarang Berteriak Saat Menyampaikan Sesuatu

Biarkan emosi atau amarah mak kece mereda dulu. Barulah sampaikan entah itu permintaan atau nasihat. Jangan biarkan emosi kita meledak-ledak dan membuat kita berteriak sambil marah saat menyampaikan sesuatu pada anak. Karena, teriakan justru enggak akan membuat anak mau mendengarkan sepenuh hati. Yang ada mereka juga mungkin akan ikut emosi, mak. Karena, emosi buruk bisa menular juga loh, mak.


3. Berikan Waktu (Time Out) 

Baik ketika kita sedang marah. Atau anak sedang tantrum. Memang sebaiknya berikan waktu untuk mereka. Berikan waktu dengan menjauh dari anak yang sedang tantrum di rumah. Misalnya anak tantrum di kamar, Mak Kece bisa ke dapur sebentar sambil menenangkan diri. Jika sudah dirasa cukup, barulah mulai ajak berbicara anak kita dengan baik. Memberi waktu untuk diri kita sendiri itu sangat baik, mak. Agar kita terhindar dari mengatakan hal yang buruk pada anak. Juga bisa memberikan waktu tersendiri karena adakalanya membiarkan anak menangis itu hal yang bagus agar mereka bisa merefleksikan apa yang tersimpan dalam hati mereka.


4. Bicarakan Dengan Bahasa Yang Jelas

Ketika memberikan penjelasan baik itu larangan atau nasihat. Pernah enggak Mak Kece menyampaikannya dengan penjelasan yang enggak jelas? Misalnya, melarang anak berbicara sambil berteriak. Jangan hanya menjelaskan pada mereka bahwa perilaku tersebut enggak baik. Tapi, jelaskan juga kenapa perilaku tersebut enggak baik? Dengan memberi penjelasan seperti, bisa mengganggu tetangga, bisa membangunkan adik bayi yang tidur, bisa membuat tenggorokan sakit. Atau alasan lain yang memang masuk akal dan bukan alasan mengada-ada.

Jangan sampai ya, mak. Kita menanamkan ketakutan semu dengan mengatakan kalau anak melakukan ini dan itu nanti akan dimakan hantu atau setan. Penanaman ketakutan semu justru akan memperburuk kondisi anak dan nantinya mereka akan mudah memercayai hoaks dibanding kebenaran. Nauzubillah.


5. Dengarkan Penjelasan Dengan Baik Tanpa Menyela

Jujur, bagi Tengu poin ini adalah praktek yang enggak gampang. Saat Tengu sedang berusaha menahan emosi. Kemudian berusaha mendengarkan penjelasan anak yang enggak benar dan enggak sesuai, rasanya tuh gatel banget. Ingin segera menyela dan meluruskan pendapat mereka.

Tapi, justru itu bisa berpengaruh sampai mereka dewasa loh, mak. Enggak sedikit orang dewasa yang enggak berani berpendapat karena saat mereka kecil, ketika hendak menyampaikan sesuatu pada orangtua mereka, sudah dipenggal. Sehingga, ada beberapa dari mereka yang kapok entah itu karena malas atau malah jadi takut berpendapat.


6. Berani Meminta Maaf

Poin terakhir ini juga sulit, mak. Buat Tengu, ya. Soalnya, kadang dalam diri Tengu suka menyepelekan kesalahan kecil. Misalnya, anak menangis karena kejepit. Tapi, Tengu pikir nangis karena merajuk. Sehingga pernah Tengu hampir emosi dan ingin memarahi anak Tengu. Tapi, pas mendengarkan ceritanya yang waktu itu masih terpatah-patah karena belum lancar berbicara. Alhasil, Tengu kaget dan ingin nangis.

Ternyata, justru karena kejepit nangisnya. Dan setelah itu, Tengu tetap meminta maaf karena sudah berpikir buruk padanya. Dari sinilah, Tengu juga jadi belajar untuk enggak malu mengatakan maaf kalau memang ada kesalahan yang Tengu lakukan. Atau ada pikiran buruk terhadap seseorang. Soalnya, setiap abis minta maaf, rasanya ternyata lega banget, mak. 


Pola Asuh Positif Saat Anak Bermasalah

Dari ilmu yang Tengu dapat melalui tayangan tersebut. Selama mendidik si Kakak. Penerapannya ternyata bukan cuma berimbas pada anak. Tapi pada diri Tengu. Bahkan efeknya pun sampai sekarang masih terasa. Soalnya, memang pola asuh baik atau buruk, itu tentunya bisa memiliki efek jangka panjang. Bahkan, sampai dewasa atau sampai tua sekalipun.

Penerapan pola asuh positif ini akhirnya mendidik Tengu juga untuk berusaha tenang saat marah. Berusaha untuk menjadi pendengar yang baik meskipun bertentangan. Dan yang paling besar itu pernah terjadi sama Tengu.

Suatu ketika berhadapan dengan anak remaja yang ugal-ugalan menggunakan kendaraan motor. Saat itu Tengu sudah sangat emosi melihatnya. Sampai kemudian kami harus berhadapan satu sama lain karena terjadi sesuatu. Sungguh rasanya saat itu ingin sekali marah dan memukul mereka.

Tapi, benar-benar ini yang Tengu alami. Efek Pola Asuhnya ternyata terekam di dalam alam bawah sadar Tengu. Alhasil, Tengu ajak mereka duduk di pinggir jalan. Kami masih diam beberapa saat sampai hati Tengu tenang. Kemudian, kami berbicara sambil menerangkan apa dan bagian mana kesalahan mereka.

Semua Tengu jelaskan. Sambil mendengarkan penjelasan mereka. Walaupun benar-benar bukan alasan masuk akal. Tapi, saat itu Tengu merasa bersyukur karena enggak menuruti emosi untuk marah dan memukul mereka. Setelah itu memang kami menyelesaikan dengan baik. Meskipun Tengu enggak menjamin mereka langsung berubah. Tapi, yang terpenting adalah Tengu enggak melukai mereka dengan perkataan yang buruk.

Di lain waktu, ada momen saat Tengu justru menjadi orang di posisi yang salah. Tapi, Tengu enggak sadar dan enggak tahu kalau Tengu yang salah. Begini ceritanya, waktu itu Tengu membeli paket makanan. Karena enggak membaca dengan seksama, jadilah Tengu menuntut hadiah yang memang bukan hak Tengu karena enggak membaca ini. 

Karyawan yang melayani Tengu memasang wajah bingung. Sementara saat itu Tengu masih yakin banget kalau menu tersebut sesuai dan harusnya mendapat hadiah. Alhamdulillah banget Allah melindungi Tengu dari tindakan yang memalukan yaitu emosi meledak atau marah. Tengu berusaha mendengarkan dengan seksama penjelasan karyawannya. Saat mulai jelas, barulah Tengu meminta maaf karena memang itu bukan hak Tengu. Dan karyawannya juga mengakui kalau kalimat promosinya sedikit rancu sehingga sudah terjadi berkali-kali ada pembeli yang berpikir hal yang sama dengan Tengu. Tapi, itukan murni bukan kesalahan si karyawan itu, kan Mak? Kesalahannya memang pada pembuat iklannya, begitu.


Berhenti Di Kamu Di Kita Di Sini Aja

Walaupun dulu pernah menjadi anak yang dididik dengan pola asuh keras. Bukan berarti seseorang akan terus menurunkan pola asuh itu hingga anak cucunya, mak. Yakin deh kalau kita bisa memutus rantai pola asuh yang kurang positif. Kemudian menjadikannya rantai baru pola asuh positif.

Semua itu dimulai dari keyakinan diri kita sendiri. Yuk, Mak Kece. Kita mulai menerapkan pola asuh positif ini sambil dipraktekin ke diri kita sendiri ya, mak. Jadi, sambil praktekin ke anak. Kita juga menerapkannya ke diri kita sendiri.

Insya allah rantai pola asuh yang buruk bisa terputus atas izin Allah. Dengan usaha dan keyakinan kita. Karena, masa depan anak-anak kita akan terpengaruh juga dengan bagaimana cara kita memperlakukan mereka. Anak yang diperlakukan baik insya allah akan mudah memiliki perilaku baik serta memperlakukan orang lain dengan baik pula.

Jadi, mulai sekarang. Yuk, kita putus rantai pola asuh kurang baik. Dan kita mulai dari awal rantai pola asuh positif. Biar pola asuh ini bisa menjadi rantai baru yang akan terus diturunkan ke anak cucu kita.

Ketika anak bermasalah, baiknya kita omongin aja. Eits, bukan diomongin ke tetangga gitu ya kan Mak? Tapi, kita obrolin sambil mendengarkan apa yang ingin mereka sampaikan.

Semangat yuk, Mak Kece. Enggak ada kata terlambat untuk memulai. Karena hal besar itu terjadi sebab dimulai dari hal kecil. Dan biar ilmu parenting kita semakin bertambah, bisa belajar juga dari Ibupedia. Karena informasi yang ada di sana benar-benar bagus.

Artikel Terkait